Kata Pengantar
Puji dan
syukur atas ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah Nya saya bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia sebagai Makhluk Individu dan
Makhluk Sosial”. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial
Dasar.
Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat positif sangat saya
butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah
ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk mengembangkan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Jakarta, 1 Oktober 2015
Penyusun,
Dimas Ari Pratama
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3 Tujuan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manusia sebagai Makhluk Indidvidu
2.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial
2.3 Interaksi Sosial dan
Sosialisasi
2.4 Masyarakat dan Komunitas
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Interaksi Sosial dan
Sosialisasi
3.2 Pegembangan Manusia sebagai
Makhluk Individu dan Sosial
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1 .1 Latar
Belakang
Manusia
merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk
lainnya.Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya
membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi.Manusia juga
disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala
keinginannya yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia
adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, dan mati.Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan
lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positis maupun
negatif.
Manusia juga
sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang
menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk
sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari pengaruh orang lain. Kehidupan di
sekitar kita sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian suatu
individu.Kita tidak bisa seenaknya melakukan hal-hal menurut keinginan kita
sendiri itu karena kita adalah makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan bantuan
dari orang lain. Hidup tanpa bantuan dari orang lain tidak akan bisa berjalan
dengan baik dan tidak akan bisa tercapai. Sering kita lihat dan mungkin kita
alami betapa sulitnya kita tanpa ada teman yang bisa membantu dan menemani
kita, kita tidak akan bisa berinteraksi dan bersosialisasi. Makhluk individu
dan makhluk sosial sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari.Oleh
karena itu, betapa pentingnya peranan masyarakat di sekitar kita.
Melihat dari masalah itu kami dari
penulis mencoba untuk membahas tentang kehidupan individu dan makhluk sosial
dan cara serta hal-hal yang yang menyebabkan terjadinya masalah yang terjadi
dalam kehidupan individu dan makhluk sosial.
1.2
Rumusan Masalah
Dalam
bermasyarakat, banyak kita menjumpai perbedaan sifat antara individu satu
dengan individu lainnya.Ada yang gemar berorganisasi serta ada pula yang tidak.
Oleh karena itu penulis ingin membatasi masalah dalam hal :
1. Apakah yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
2. Bagaimana pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah :
Adapun tujuan penulisan pembuatan makalah ini adalah :
1. Menginformasikan kepada pembaca arti penting kedudukan manusia di muka bumi
ini sebagai pemimpin dari makhluk lainnya.
2. Mengajak kepada pembaca bagaimana manusia sebagai makhluk individu dan
sosial.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu
Individu
berasal dari kata in dan devided. Dalam Bahasa Inggris in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi. Jadi individu
artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal
dari kata individium yang berarti yang tak terbagi, jadi merupakan suatu
sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan.Individualitas
manusia tampak pada keinginan untuk selalu tumbuh berkembang sebagai sosok
pribadi yang khas atau berbeda dengan lain.
Manusia
sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan
psikis, unsur raga dan jiwa.Seseorang dikatakan sebagai manusia individu
manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.Jika unsur tersebut sudah
tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai individu.Dalam diri
individu ada unsur jasmani dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya,
atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap
manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang
persis sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki
keunikan tersendiri.Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan
genotip. Faktor genotip adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia
merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang
individu memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia
juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(faktor fenotip). Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan
karakteristik yang khas dari seseorang.Istilah lingkungan merujuk pada
lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Ligkungan fisik seperti kondisi alam
sekitarnya.Lingkungan sosial, merujuk pada lingkungan di mana seorang individu
melakukan interaksi sosial.Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota
keluarga, dengan teman, dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik
yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan kepribadian.Setiap orang
memiliki kepribadian yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan
(genotip) dan faktor lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi
terus-menerus.
Dalam
perkembangannya setiap individu mengalami dan di bebankan berbagai peranan,
yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesama manusia.Seringkali
pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas
dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya.Namun setiap warga
masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya
sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya.Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga
bagian masyarakatnya memberikan konotasi “maang” dalam arti sosial. Artinya
individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain
proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia
sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk
menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga
didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.
1.
Proses Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses
untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan dengan
lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai
lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu
harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk
berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yangsama atau berbeda
sama sekali.
Prasarana
fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam
hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut
menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini secara aktif
mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu
menyesuaikan diri secara padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan
membentuk pribadi seseorang. Pada diri individu yang destruktif kita jumpai
kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari
kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau
mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya,
dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata-
mata rasional kearah masa depan.
2.
Kompromistis dan Anti-Establishment
Sikap
kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis.Sikap anti-
establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu
berintaraksi dengan lingkungannya.Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha
individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search
for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran
mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan
dirasakan oleh hampir semua manusia dalam masyarakat.Perubahan dalam masyarakat
tersebut wajar, mengingat manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas.
Kalian akan dapat melihat perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada
beberapa waktu lalu dengan keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di
berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata
pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta
religi/keyakinan.
2.2 Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Menurut
kodratnya, Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan.Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu :
1. Karena manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia
dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial
didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor
personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1.
Tekanan emosional. Ini sangat mempengaruhi
bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2.
Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang
berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang
tinggi untuk berhubungan dengan orang lain kondisi tersebut dimana orang yang
direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk
membentuk kondisi seperti semula.
3.
Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus
melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk
sebuah interaksi yang harmonis.
2.3 Interaksi
Sosial dan Sosialisasi
1.
Interaksi Sosial
Kata
interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan tindakannya. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang
lain. Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu,
interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling menegeur, berjabat tangan,
saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam
itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial. Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau
meniru.
2)
Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang
individu menerima suatu cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku
orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah
pengaruh pysic, baik yang datang dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain,
yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam
hubungannya, dengan interaksi sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa
imitasi orang yang satu mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti
seeorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang
lain di luarnya.
3)
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan
untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun
batiniah.
4)
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang
satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional,
melainkan berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
2.4
Masyarakat dan Komunitas
Masyarakat
itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan,
sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta
telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama.
Unsur-unsur masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama,
sudah memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan,
sikap, dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan
diri, dan memiliki kebudayaan.
1.
Masyarakat Setempat (community)
Masyarakat
setempat menunjukan pada bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah
(dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang
menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya,
dibandingkan interaksi dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
2. Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota
Menurut
Soerjono Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda,
khususnya terhadap perhatian keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah
perhatian khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan.
Lain dengan pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka
melihat selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
3. Masyarakat Multikultural
Perlu
diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu
pluralitas, keragaman, dan multikultural.
·
Konsep pluralitas menekankan pada adanya hal-hal
yang lebih dari satu (banyak).
·
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang
lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat
dipersamakan.
· Konsep multikultralisme sebenarnya merupakan
konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima
kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan
budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi, apabila pluralitas hanya
menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan penegasan bahwa dengan segala
perbedaannya itu mereka adalah sama diruang publik.
4.
Pengaruh Multikultural Terhadap Kehidupan
Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan Kehidupan Global
Problematika
yang muncul dari keragaman yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa
dan bubarnya sebuah negara, dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang
secara gradual bisa menjadi penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan
kepemimpinan, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama, krisis politik,
krisis sosial, dan intervensi asing. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu
membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi
dinamika kehidupan bangsa sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus
bersikap terbuka melihat semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung
tinggi nilai-nilai kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa,
alat pengikta persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka
ragam.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Interaksi Sosial dan Sosialisasi
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat
dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa
interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan
serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut
mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi
sosial, yaitu:
1) Proses Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi,
asimilasi, dan akulturasi.
2) Proses Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan
pertentangan pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1. Bentuk Interaksi Asosiatif
a. Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena
orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
·
Bargainng, pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
·
Cooperation, proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai
salah satu carta untuk menghindari terjadinya goncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan.
·
Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi (accomodation)
Adapun bentuk-bentuk
akomodasi, di antaranya :
·
Coertion, yaitu suatu bentuk akomodasi yang
prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
·
Compromise, suatu bentuk akomodasi, di mana
pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
·
Arbiration, suatu cara untuk mencapai compromise
apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk mencapainya sendiri.
·
Meditation, hampir menyerupai arbiration
diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
·
Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu tujuan bersama.
·
Stelemate, merupakan suatu akomodasi di mana
pihak-pihak yang berkepentinganmempunyai yang seimbang, berhenti pada titik
tertentu dalam melakukan pertentangan.
·
Adjudication¸ yaitu perselisihan atau perkara di
pengadilan.
2. Bentuk Interaksi Disosiatif.
a. Persaingan (competition).
Persaingan adalah bentuk
interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersaing untuk
mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan kekerasan.
b. Kontraversi (contaversion).
Kontraversi bentuk interaksi
yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi ditandai oleh
adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak suka yang
disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi
gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
c. Pertentangan (conflict).
Pertentangan adalah suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk
mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan
pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan
politik.
3.
Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert
Mead.Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972).
Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage,
game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai
belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.Pada tahap game
stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus tetapi telah
pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia
berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu
mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu
mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang
lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan
orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui
interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan
orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley berpendapat
looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang
mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap
berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap
penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs
(1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok
bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
4.
Bentuk dan Pola Sosialisasi
1) Bentuk-bentuk Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan
inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti
sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang hidup, atau
pendidikan berkesinambungan.
2) Pola-pola Sosialisasi
Pada
dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang
menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan.Dan pola partisipatori
yabg merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku
baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
3.2 Pegembangan
Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial
1. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai
dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu.
Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita,
self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi
yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan
merupakan tindakan instingtif belaka.Manusia yang biasa dikenal dengan Homo
sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku
bijaksana.Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi
yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa.Dengan pengembangan
potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan
waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa.Upaya pendidikan
dalam menjadikan manusia semakin berkembang.Perkembangan keindividualan
memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya
secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan
berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat
menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya.Melalui
pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya
dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia itu sendiri.
2. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.Manusia
memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah
satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal
ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara.
Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi
sosial baik dalam arti positif maupun negatif.Keadaan positif dan negatif ini
adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan
yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan
hak-hak pribadi demi kepentingan bersama.
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.Pada zaman modern seperti
saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak
hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan
emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan
emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying,
harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional
tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang
dapat menjadikannya lebih baik.Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat
yang khas yang dimiliki oleh manusia.Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya
dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka
ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar.Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping
manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup
bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai
kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang
diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang.
Sebagai makhluk idividu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar
dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa
kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.
Akibat dari
hal itu, timbulah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu
benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu
tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah
yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku.
Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh
orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga
sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia
hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di
dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri
tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya.Hanya dalam
hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna.
Hal ini
ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang
lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk
memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani.Manusia sangat
memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan
tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan
kelangsungan hidup yang sehat.Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu
dan juga sebagai makhluk sosial.Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal
ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya
dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Yusdi. 2006. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Batam: Dikti
Depdiknas
Mansyri, Arif. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Jakarta: Amanah
Pustaka
Noor, Arifin, Drs. H. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka
Setia
Setiadi, Elly M. dkk.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar